Kunci Sukses itu... Yakin dan Percaya pada Diri Sendiri!

Kunci Sukses itu... Yakin dan Percaya pada Diri Sendiri!

Tak ada kata lelah untuk belajar…
Tak ada kata menyerah untuk berjuang…
Selama kita yakin bisa melakukannya…
Maka kita…

PASTI BISA!!!

Rabu, 28 Juli 2010

P2M HMK FPMIPA UPI...


Ba’da Isya (11/7) di Masjid Jami Al-Ikhlas Kampung Cimahi RW 12, Desa Cibodas – Soreang, saya ikut berkumpul dengan para pemuda Kampung Cimahi dan peserta Pengabdian Pada Masyarakat (PPM atau P2M) dalam rangka menjalin silaturahim dan sharing mengenai Karang Taruna. Saat itu, saya mengikuti kegiatan P2M yang sudah rutin diadakan oleh himpunan di tempat saya kuliah (bekerja sama dengan jurusan).
Bagi sebagian mahasiswa, liburan ujian akhir semester mungkin akan dijadikan momen untuk berkumpul bersama keluarga. Sedang sebagian yang lain masih aktif mengikuti berbagai kegiatan di kampus, salah satunya adalah P2M.

Sesuai namanya, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk nyata merealisasikan peran sebagai pemuda dan sebagai mahasiswa. Peran pemuda sebagai generasi penerus, pengganti, dan pembaharu dapat ditempa dalam kegiatan semacam ini. Bisa dikatakan, P2M adalah simulasi bagi para mahasiswa untuk terjun dalam kehidupan real karena kelak mahasiswa tentu akan menjadi generasi penerus bangsa, menjadi panutan masyarakat, dan diharapkan mampu mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik. Hal ini pun sudah sesuai dengan peran mahasiswa yaitu sebagai direct of change (pengubah), social control (kontrol sosial), dan iron stock (cadangan masa depan).
Dengan adanya kegiatan seperti P2M, liburan akan lebih bermanfaat dan terasa lebih bermakna. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan jiwa sosial mahasiswa tidak akan terkikis oleh segala tugas, ujian maupun kegiatan pembelajaran di kampus yang mengharuskan para mahasiswa untuk lebih banyak berinteraksi dengan buku, media elektronik, maupun media-media lainnya yang jauh dari masyarakat, karena mahasiswa yang notabene juga makhluk sosial tentu harus belajar bagaimana caranya hidup bermasyarakat.
Tidak hanya P2M yang bisa dijadikan media pembelajaran hidup bermasyarakat, kegiatan seperti (di kampus saya) Program Latihan Profesi (PLP) maupun KKN pun bisa memberi bekal yang baik bagi para mahasiswa. Bedanya, jika PLP dan KKN adalah program dari universitas maupun jurusan, kegiatan P2M ini adalah programnya mahasiswa. Ada kepanitiaan khusus dari mahasiswa yang mengatur bentuk acara, segala perlengkapan yang dibutuhkan, konsumsi bagi peserta dan panitia, serta yang lainnya.
Mengisi liburan dengan kegiatan sosial seperti ini tentu banyak manfaatnya, terutama bagi para mahasiswa. Kegiatan miniatur KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang rata-rata menghabiskan waktu tiga sampai empat hari ini dibuat sedemikian rupa dengan berbagai program unggulan di bidang kemasyarakatan (misal bazar murah, baksos, tabligh akbar, lomba-lomba, dan pelayanan kesehatan), pendidikan (misal penyuluhan, mengajar, dan lesson study –khusus untuk para guru) maupun bidang-bidang lain yang biasanya disesuaikan dengan keadaan masyarakat di tempat pelaksanaan P2M.
Di tengah kehidupan dan lingkungan yang sederhana (kegiatan P2M biasanya dilakukan di kampung) dan di tengah krisis kepribadian yang semakin individualis, para mahasiswa dituntut untuk mampu berempati melihat saudara-saudaranya yang bisa dikatakan tidak seberuntung dirinya.
Di kegiatan seperti inilah, kepribadian mahasiswa pun akan sedikit banyak dibentuk/diperbaharui. Dengan mengikuti kegiatan P2M, mahasiswa dapat belajar untuk hidup mandiri, saling bekerja sama, bertenggang rasa, dan masih banyak hal positif lain yang bisa diambil untuk dijadikan bahan pelajaran kehidupan. Oleh karena itu, kegiatan multimanfaat ini sudah sepatutnya dilestarikan dan dibudayakan oleh mahasiswa-mahasiswa di Indonesia.
Beberapa pelajaran berharga yang dapat saya temukan di Kampung Cimahi dalam kegiatan P2M kali ini antara lain, pertama adanya suatu kepekaan sosial yang mengagumkan dari seorang anak kecil yang bermimpi (baca: bercita-cita) ingin menjadi dokter anak karena tidak tega jika melihat temannya sakit dan tidak bisa pergi ke dokter. Ada pula yang ingin mendirikan panti asuhan karena ingin menolong anak-anak jalanan yang tidak punya rumah dan tidak bersekolah. Sungguh menakjubkan, karena kalimat itu muncul dari anak-anak di bawah usia sepuluh tahun dan berasal dari kampung kecil yang jauh dari kota.
Saat diri penuh obsesi untuk memperkaya diri, sosok kecil itu justru bermimpi mampu menolong sesama. Saat diri sibuk mengejar prestasi, sosok kecil itu justru bermimpi untuk mengaplikasikan prestasi yang ingin diraihnya. Betapa ini menjadi sebuah tamparan bagi penulis, dan saya harap begitu pula bagi para mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Kedua, kampung yang semua penduduknya masih memiliki ikatan darah ini memang unik. Tenggang rasa antar tetangganya patut diacungi jempol dan dijadikan contoh. Misal saja ketika para orang tua hendak mengikuti pengajian rutin tiap minggunya (khusus bapak-bapak dan ibu-ibu), jika satu orang sudah mengomando untuk iuran seribu rupiah agar bisa ‘menghadirkan’ pemateri, maka seketika itu juga mereka langsung merogoh saku di baju atau celana mereka untuk ikut menyumbang. Contoh lain adalah saat ada hajatan (resepsi), jika satu rumah bisa mendapat dua tusuk sate, maka “setiap rumah” dalam satu RW tersebut “pasti” mendapat dua tusuk sate. Tidak peduli berapa banyaknya, yang penting semua dapat! Sungguh adil.
Teringat sebuah kalimat bijak, ternyata memang benar bahwa belajar yang paling baik adalah dari pengalaman. Begitu banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dengan mengikuti kegiatan tersebut. Andai semua pejabat bisa ikut dalam kegiatan ini… mungkin negara kita tidak akan masuk peringkat lima besar dunia dalam hal korupsi.
Pertanyaan besar bagi kita dan menjadi tugas bersama adalah, “sudah siapkah kita membantu dan menjamin adik-adik kecil itu meraih mimpi-mimpinya dengan memberi fasilitas pendidikan yang sepadan? dan mampukah kita (mahasiswa) menjadi generasi penerus bangsa yang adil dan beradab seperti mereka?”
Jawabannya ada di tangan kita, di pundak kita, para generasi muda… penerus bangsa.
Generasi muda adalah rahasia kehidupan bangsa dan sumber kebangkitannya. Sejarah bangsa tidak lain adalah sejarah para kader yang berjiwa besar dan berkemauan kuat.”
(Mutiara Kata Asy-Syahid Hasan al-Banna)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar